Penulisan hadis

Penulisan Hadits
Sebelum agama Islam datang, bangsa Arab tidak mengenal kemampuan  membaca dan menulis. Mereka lebih dikenal sebagai bangsa ummi (tidak bisa membaca dan menulis). Namun, ini tidak berarti bahwa tidak ada seorang pun yang tidak  bisa menulis dan membaca. Keadaan ini hanyalah sebagai ciri kebanyakan mereka. Sejarah telah mencatat sejumlah orang yang mampu membaca dan menulis. Adiy bin Zaid Al-Adi (w. 35 H) misalnya, sudah belajar menulis hingga menguasainya, dan merupakan orang pertama yang menulis dengan bahasa arabdalam surat yang ditujukan kepada Kaisar. Sebagian orang Yahudi juga mengajari anak-anak di Madinah untuk menulis Arab. Kota Mekkah dengan pusat perdagangannya sebelum kenabian, menjadi saksi adanya para penulis dan orang yang mampu membaca. Sebagaimana dinyatakan bahwa orang yang mampu membaca dan menulis di kota Mekkah hanya sekitar 10 orang. Inilah yang dimaksut bahwa orang Arab adalah bangsa yang ummi.
Banyak akhbar yang menunjukkan bahwa para penulis lebih banyak terdapat di  Mekkah daripada di Madinah. Hal ini dibuktikan dengan adanya izin Rosulullah kepada para tawanan dalam Perang Badar dari Mekkah yang mampu menulis untuk mengajarkan menulis dan membaca kepada 10 anak Madinah sebagai tebusan diri mereka.
Hadits atau sunnah dalam penulisannya kurang memporoleh perhatian seperti halnya penulisan Al-Qur’an. Penulisan hadits dilakukan oleh beberapa sahabat secara tidakresmi karena tidak diperintahkan oleh Rosul. Diriwayatkan bahwa beberapa sahabat memiliki catatan hadits-hadits Rasulullah SAW. Mereka mencatat sebagian hadits yang peernah mereka dengar dari Rosulullah SAW.
Diantara sahabat Rosulullah SAW yang mempunyai catatan-catatan hadits Rasulullah SAW adalah Abdullah bin Amru bin Ash yang menulis sahifah-sahifah yang dinamai As-Sadiqah. Sebagian sahabat menyatakan keberatan terhadap pekerjaan yang dilakukan Abdullah.
Dan mereka berkata kepadanya, “Kamu selalu menulis apa yang kamu dengar dari Nabi, padahal beliau kadang-kadang dalam keadaan marah, lalubaliau menuturkan sesuatu yang tidak dijadikan syariat umum.” Mendengar ucapan mereka, Abdullah bertanya kepada Rasulullah SAW. Mengenai hal trsebut, Rasulullah kemudian bersabda :
اُكْتُبْ عَنِّيْ فَوَالَّذِيْ بِيَدِهِ مَاخَرَجَ مِنْ فَمِيْ إِلَّاَ حَقٌّ
“Tulislah apa yang kamu dengar dariku, demi Tuhan yang jiwaku berada ditanganNya, tidak keluar dari mulutku, selain kebenaran.”
Menurut suatu riwayat, diterangkan bahwa ali mempunyai sebuah Sahifah dan Anas bin Malik mempunyai sebuah buku catatan.

Comments

Popular posts from this blog

contoh Laporan psikologi wawancara ( KEBAHAGIAAN PADA LANSIA)

review jurnal psikologi perkembangan “Hubungan Antara Kematangan Emosi dengan Kecenderungan Memaafkan Pada Remaja Akhir”

Jurnal psikologi bahasa inggris beserta terjemahannya dalam bahasa indonesia