MAKALAH BIMBINGAN KARIR DI SEKOLAH
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Timbulnya Bimbingan Sekolah
Traxler (dalam Sukaji, 2000 dalam Husni, 2012)
mengidentifikasikan adanya lima factor yang melahirkan bimbingan di sekolah, diantaranya:
1.
Philanthropy dan humanism
Kedua aliran ini sangat berpengaruh terhadap
timbulnya semangat memberikan guidance
(bimbingan) pada kaum muda di Amerika Serikat. Kedua aliran ini mempunyai
keyakinan bahwa masyarakat yang miskin dapat dikembangkan melalui bimbingan
pekerjaan, agar pengangguran dapat dihapuskan. Mereka berpandangan bahwa
sekolah adalah tempat yang baik untuk memberikan bimbingan pekerjaan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari bimbingan pekerjaan,
berkembanglah bimbingan pendidikan dan bimbingan sosial pribadi di sekolah.
Sampai sekarang perkembangan bimbingan pekerjaan mengarah pada menjadikan
sekolah sebagai pusat pengembangan tenaga kerja.
2.
Gerakan agama
Kaum beragama berpandangan bahwa di dunia ini
terdapat pertentangan yang tetap antara kekuatan golongan yang baik dan
golongan yang jahat. Oleh karena itu, sekolah harus mempersiapkan kaum muda
untuk menghadapi kekuatan yang jahat ini melalui pembinaan kehidupan moral
mereka.
3.
Mental hygiene
Pada mulanya, aliran humanism sangat prihatin pada
pengaruh lengkungan kerja terhadap kehidupan para pekerja muda. Akibat buruk
telah terjadi di kalangan mereka dengan adanya pelanggaran hukum berupa
perilaku yang merusak lingkungan, bahkan sampai pada perilaku yang sudah dapat
digolongkan tidak normal/gangguan mental. Kenyataan ini menimbulkan bangkitnya
gerakan kesehatan mental yaitu dengan lahirnya Komite Nasional Kesehatan Mental
pada tahun 1909 di Amerika Serikat. Mereka menemukan banyak gejala gangguan
mental yang bersumber pada tekanan-tekanan sehingga membutuhkan terapi. Para
ahli kesehatan mental menganjurkan para pendidik di sekolah untuk lebih banyak
berperan dalam memperhatikan kesehatan jiwa para siswa, khususnya yang
berkaitan dengan rasa aman dan penemuan identitas diri.
4.
Gerakan untuk mengenal murid secara individual
Gerakan ini sangat berkaitan dengan sejarah gerakan
dan evaluasi pendidikan di sekolah. Melalui gerakan ini ditemukan suatu nilai
mengenai siswa sebagai pribadi yang individual dan unik. Oleh karena itu,
bimbingan di sekolah mempunyai tugas untuk mengenal setiap muridnya secara
individual melalui program analisis individual dan menghargai martabat mereka
sebagai manusia yang berharga.
5.
Perubahan-perubahan sosial
Dampak Perang Dunia II sangat berdampak pada
masyarakat di dunia, baik berupa banyaknya pengangguran maupun depresi ekonomi.
Tetapi di pihak lain, perkembangan ilmu pengetahuan mendorong banyak kaum muda
untuk memasuki sekolah tanpa cita-cita yang jelas.
Terdapat lima perubahan kehidupan sebagai akibat
perubahan sosial yang mempengaruhi kehidupan remaja, yaitu:
a.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
memberikan banyak perubahan pada dunia industry, yaitu adanya tuntutan
spesialisasi untuk setiap bidang pekerjaan. Di pihak lain, orang tua dan
sekolah tidak dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh anak, karena mereka
tidak memahami bimbingan karir. Akibatnya dapat ditemukan beberapa mahasiswa
perguruan tinggi dengan indeks prestasi rendah,
meskipun kemampuannya cukup tinggi.
b.
Penggunaan waktu senggang dan rekreasi, yang
menimbulkan masalah baru di kalangan remaja, yaitu dalam cara pengaturan waktu.
c.
Pola kehidupan keluarga dalam masyarakat modern
telah mengalami banyak perubahan, seperti: kedua orangtua sibuk bekerja di luar
rumah.
d.
Perubahan nilai-nilai sosial, moral dan agama
menimbulkan banyak konflik dalam proses penemuan identitas apara remaja.
e.
Tuntutan masyarakat yang semakin kompleks.
B. Sejarah Perkembangan Bimbingan
1.
Sejarah perkembangan bimbingan di Amerika Serikat
Pertumbuhan awal
bimbingan di Amerika Serikat dipengaruhi oleh kondisi sosial pada awal tahun
1990, khususnya pada saat dunia industry sedang berkembang. Sebelumnya, pada
tahun 1908, Frank Parsons (sering disebut sebagai “bapak bimbingan”) sudah mendirikan
Vocational Bureu untuk membantu para remaja memilih pekerjaan yang cocok
bagi mereka. Pearson beranggapan bahwa bimbingan dapat diberikan kepada kaum
muda agar mereka mengerti kemampuan dan kelemahannya, dan menggunakan
pengetahuan ini untuk memilih lapangan pekerjaan yang tersedia. Pada waktu yang
sama Eli Weaver berbuat hal serupa bagi anak-anak New York yang meninggalkan
sekolah dalam kondisi yang kurang memuaskan.
Pada tahun 1910
NVGA (National Vocation Guidance Association) mengadakan konferensi
untuk menyempurnakan serta mempertanggung jawabkan pelaksanaan bimbingan di
sekolah. Tahun 1913, peresmian organisasi nasonal bimbingan yang permanen di
Grand Rapids, Michigan. Kemudian, pada tahun 1915, organisasi tersebut
menerbitkan bulletin The Vocational Guidance Bulletin. Tahun 1952 muncul
The American Personal and Guidance Association.
Tahun 1970,
program bimbingan disempurnakan dalam organisasi departemen pendidikan Amerika
Serikat. Perang Vietnam mengundang kebutuhan akan konseling dan masyarakat
semakin merasakan perlunya bimbingan di sekolah dasar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa program bimbingan dan pelaksanaannya memerlukan organisasi
yang lebih baik dan persiapan konselor yang lebih terlatih. Tokoh yang muncul
dalam periode ini adalah Robert H. Mathewson yang memandang bimbingan sebagai
proses perkembangan yang bermaksud menolong murid dalam segala bidang
pengalamannya, baik akademis, karier, dan sosial pribadi.
Pandangan
Mathewson didasarkan atas hal-hal yang berkaitan dengan empat kebutuhan
bimbingan, yaitu:
a.
Kebutuhan akan analisis diri dan pengertian diri
b.
Kebutuhan akan penyesuaian baik terhadap diri
sendiri maupun terhadap realita
c.
Kebutuhan akan orientasi pada kondisi kini dan masa
depan
d.
Kebutuhan akan perkembangan kemampuan pribadi
Perkembangan model bimbingan yang terakhir adalah
bimbingan aktivitas yang dikembangkan oleh Menacker (dalam Mapiere, 1984 dalam
Husni, 2012). Model ini menitikberatkan manipulasi dan intervensi lingkungan,
partisipasi konselor-konselor. Lingkungan dapat diubah atau digunakan untuk
kepentingan siswa agar perilaku siswa dapat berubah.
2.
Sejarah perkembangan bimbingan di Indonesia
a.
Pada awal kemerdekaan, masalah bimbingan pekerjaan
baru diperhatikan oleh departemen yang mengurus masalah tenaga kerja. Selain
itu, kementerian pendidikan dan kebudayaan mengembangkan banyak kursus
keterampilan bagi kaum muda.
b.
Pada awal tahun 1960, di beberapa sekolah
dilaksanakan program bimbingan yang terbatas pada bimbingan akademis. Pada
tahun 1962, SMA Gaya Baru memperkenalkan program bimbingan, tetapi program ini
tidak berkembang karena kurang persiapan prasyarat untuk pelaksanaan program
bimbingan secara professional. Pada dasawarsa 60-an, Fakultas Keguruan dan Ilmu
pendidikan membuka Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan yang sekarang dikenal
dengan program studi Bimbingan dan Konseling.
c.
Pada dasawarsa 70-an
·
Proyek perintis sekolah pembangunan membawa harapan
baru pada pelaksanaan bimbingan di sekolah, karena staf bimbingan memegang
peranan penting dalam system sekolah pembangunan.
·
Tahun 1975 berdiri sebuah Ikatan Petugas Bimbingan
Indonesia (IPBI) di Malang yang mempunyai pengaruh terhadap perluasan bimbingan
di sekolah.
·
Secara formal, bimbingan dan konseling diprogramkan
di sekolah sejak diberlakukan kurikulum 1975, yang menyatakan bahwa bimbingan
dan penyuluhan merupakan bagian integral dalam pendidikan di sekolah. Kemudian
disempurnakan menjadi kurikulum 1984 yang memasukkan bimbingan karir di
dalamnya.
C. Konsep Dasar Bimbingan di Sekolah
1.
Definisi Bimbingan
Jones (dalam
Mapiare, 1984 dalam Husni, 2012), merumuskan bimbingan sebagai guidance is
the help given by one person to another in making intelligent choices ang
adjustment ang solving problem.
Berdasarkan definisi ini, anak harus mampu membuat pilihannya sendiri dan ia
harus mampu memimpin diri secara bijaksana. Kemampuan mengadakan pilihan dan
penyesuaian yang bijaksana tidak diperoleh dari pembawaan, tetapi harus
dipelajari dalam proses perkembangannya.
Mortensen dan Schmuller (dalam Mapiare, 1984 dalam Husni, 2012),
bimbingan sebagai guidance may be defined as that part or the total educational
program that helps provide the personal opportunities and specialized staf
service by which each individual can develop to the fullest of his abilities
and capacities in term for democratic idea. Tercapainya kerjasama yang baik
antara staf sekolah, yaitu guru, konselor, dokter, perawat, pekerja sosial,
psikolog, dan kepala sekolah.
Stone dan Shertzer (dalam
Sukadji, 2000): process of helping individuals to understand themsolves and
them world. Sementara itu, kurikulum 1975 mengartikan bimbingan sebagai
suatu proses bantuan khusus yang diberikan kepada para siswa dengan
memperhatikan kemungkinan-kemungkinan dan kenyataan-kenyataan tentang adanya
kesulitan yang dihadapi dalam rangka perkembangan yang optimal sehingga mereka
dapat memahami diri, dan bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan dan
keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Dari semua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan memiliki
kata-kata kunci, sebagai berikut:
a. Suatu proses, yaitu setiap fenomena yang menunjukkan kontinuitas
perubahan melalui waktu atau serangkaian kegiatan dan langkah-langkah menuju ke
suatu tujuan.
b. Suatu usaha bantuan, untuk menambah, mendorong, merangsang, mendukung,
menyentuh, menjelaskan agar individu tumbuh dari kekuatan sendiri.
c. Konseli atau anak, adalah individu yang normal yang membutuhkan bantuan
dalam proses perkembangannya.
d. Tujuan bimbingan dapat
dirumuskan sebagai proses penemuan diri dan dunianya, sehingga individu dapat memilih,
menyesuaikan secara bijaksana, dan berkembang sepenuh kemampuan dan
kesanggupannya serta dapat memimpin diri sendiri sehingga individu dapat
menikmati kebahagiaan batin yang sedalam-dalamnya dan produktif bagi
lingkungannya.
2. Tujuan bimbingan
Tujuan yang bersifat umum
dari bimbingan antara lain penemuan diri dan dunianya, perkembangan secara
optimal, realisasi diri secara bernilai sebagai individu. Sedangkan penjabaran
dari tujuan umum tersebut, antara lain:
a. Mengerti dirinya dan lingkungannya.
b. Mampu memilih, memutuskan, dan merencanakan hidup secara bijaksana baik
dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan sosial-pribadi; termasuk dalam memilih
bidang studi, karir, dan pola hidup.
c. Mengembangkan kemampuan dan kesanggupan secara maksimal.
d. Memecahkan masalah yang dihadapi secara bijaksana.
e. Mengelola aktivitas kehidupan, mengembangkan sudut pandang, dan
mengambil keputusan serta mempertanggungjawabkannya.
f. Memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak serta bersikap sesuai
tuntutan dan keadaan lingkungan.
3. Fungsi bimbingan
Mortensen (dalam Sukadji,
2000 dalam Husni, 2012), membagi fungsi bimbingan menjadi tiga, yakni sebagai
berikut:
a. Memahami individu, bimbingan tidak dapat berfungsi efektif jika
konselor kekurangan pengetahuan dan pengertian mengenai motif tingkah laku
konseli.
b. Preventif dan pengembangan individual. Preventif berusaha mecegah
kemerosotan perkembangan dari anak minimal dapat memelihara apa yang telah
dicapai dalam perkembangan melalui pengaruh-pengaruh yang positif. Sedangkan
bimbingan bersifat pengembangan yang memberikan bantuan untuk mengembangkan
sikap dan pola perilaku yang dapat membantu individu untuk mengembangkan
dirinya secara optimal.
c. Membantu individu menyempurnakan cara-cara penyelesaian.
Hutson (dalam Sukadji,
2000 dalam Husni, 2012), menyebutkan dua fungsi utama bimbingan, yaitu:
a. Fungsi penyaluran (distributive), diantaranya:
· Memperkenalkan kepada siswa perihal pendidikan dan pekerjaan
· Memperkenalkan kepadas siswa perihal kemampuan dan minat serta
keterbatasannya
· Mengusahakan agar sekolah selalu mengetahui kemungkinan-kemungkinan
pendidikan dan pekerjaan
· Memperkenalkan sekolah dengan kemampuan siswa, minat, dan
keterbatasannya.
· Membantu siswa pada saat memilih dan memutuskan
b. Fungsi penyesuaian, diantaranya:
· Mencegah salah penyesuaian
· Mengidentifikasi kasus yang salah dalam penyesuaian diri
· Mendiagnosis kesalahan penyesuaian
· Memberikan remedial treatment
Dalam buku kurikulum 1975
mengenai Pedoman Bimbingan yang dipakai di sekolah dasar sampai lanjutan
tingkat atas, bimbingan dan penyuluhan berfungsi sebagai:
a. Penyaluran
b. Pengadaptasian
c. Penyesuaian
d. Pencegahan
e. Perbaikan
f. Pengembangan
4. Jenis-jenis bimbingan
a. Bimbingan pendidikan (Educational Guidence)
Winkel (2005 dalam Husni,
2012), menyatakan bahwa bimbingan pendidikan adalah bimbingan dalam menemukan
cara belajar yang tepat untuk mengatasi kesukaran-kesukaran mengenai belajar
dan dalam memilih jenis/jurusan yang sesuai.
b. Bimbingan pekerjaan
Frank Parsons memulai
bimbingan pekerjaan yang pertama kali pada tahun 1908 di Boston, Amerika
Serikat. Konsepnya sangat sederhana, yaitu sekedar membandingkan dan
mengkombinasi antara hasil analisis individu dan hasil analisis dunia kerja.
Bimbingan karir dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu pendekatan yang
berpusat pada masalah (problem oriented) dan pendekatan yang berpusat
pada pengembangan (developmental oriented).
c. Bimbingan pribadi
Bimbingan pribadi
merupakan bantuan kepada siswa untuk mengembangkan hidup pribadinya, seperti
motivasi, persepsi tentang diri, gaya hidup, perkembangan nilai-nilai
moral/agama dan sosial dalam diri, kemampuan mengerti dan menerima diri dan
orang lain, serta membantunya untuk memecahkan masalah-masalah pribadi yang
ditemuinya.
5. Prinsip-prinsip bimbingan
a. Memberikan perhatian utama dan sistematis terhadap perkembangan
individu
b. Cara utama bimbingan tergantung pada proses perilaku individu
c. Kerjasama antara konselor dan konseli tanpa paksaan
d. Setiap manusia memliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya
e. Bimbingan didasarkan pada pengakuan terhadap martabat dan nilai
individu sebagai manusia
f. Bimbingan adalah proses pendidikan yang kontinyu.
D.
Bimbingan di Sekolah Dasar (SD)
1. Pentingnya bimbingan di sekolah dasar
Bimbingan di sekolah
dasar pada umumnya didasarkan pada bantuan yang diberikan kepada anak didik
dalam memahami diri sendiri yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan dirinya
sendiri, dan yang berkaitan dengan kebutuhan lingkungan. Sedangkan tujuan utama
bimbingan di SD adalah membantu anak:
a. Menguasai bahan ajaran tuntutan kurikuler
b. Membuta pilihan dan menentukan bahan ajar yang cocok
c. Memiliki sikap/pandangan belajar yang mendukung
d. Mempunyai pola perilaku belajar yang mendukung
e. Memilih teman bergaul
f. Mengadakan penyesuaian hidup dalam kelompok
g. Memecahkan masalah-masalah belajar yang dihadapi murid (Mapiare, 1984)
2. Ciri-ciri anak Sekolah Dasar (SD)
a. Masa kanak-kanak pertengahan (6-10 tahun)
Ciri-ciri fisik, sebagai berikut:
· Badan anak masih tumbuh, namun dengan laju pertumbuhan yang lebih
lambat dari sebelumnya
· Perkembangan motoric dan koordinasi gerakan belum begitu sempurna
· Pengontrolan gerakan otot-otot besar mesaih lebih unggu daripada
pengontrolan gerakan otot-otot kecil.
Sedangkan ciri-ciri psikis (mental), diantaranya:
· Kemampuan dan ketarmpilan baca-tulis-hitung
· Menyadari perbedaan jenis kelamin
· Belajar mandiri, bertanggung jawab, mengontrol emosi
· Tata nilai baik dan buruk sudah muncul
b. Masa kanak-kanak akhir (10-13)
· Selalu aktif dan bergerak
· Laju perkembangan fisik lambat namun kesehatan baik
· Anak perempuan lebih cepat berkembang daripada laki-laki
· Kecenderungan menjauhi orang dewasa dan berpaling kepada teman-teman
sebaya untuk keakraban dan cara hidup
· Keinginan untuk belajar disertai minat yang luas
3. Tugas-tugas perkembangan siswa sekolah dasar
a. Mempelajari keterampilan fisik untuk aktifitas bermain sehari-hari
b. Membagun sikap yang sehat terhadap diri sendiri
c. Belajar bergaul dengan teman sebaya
d. Belajar berperan sesuai jenis kelamin
e. Belajar keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung
f. Belajar mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan anak dalam
kehidupan sehari-hari
g. Mengembangkan kata hati, moral, dan tingkatan nilai
h. Mencapai tingkat kebebasan pribadi
i. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga dalam
masyarakat
4. Program bimbingan di Sekolah Dasar (SD)
a. Orientasi terhadap lingkungan sekolah
b. Persiapan untuk melanjutkan ke tingkat sekolah lanjutan
c. Program testing
d. Daftar pencatatan pribadi (cumulative records) dapat dibuat oleh
setiap kelas secara kontinu
e. Program pengajaran remedial
f. Bimbingan terhadap kegiatan-kegiatan di luar sekolah
g. Kerjasama dengan orangtua siswa (Kapunan, 1977)
Di Indonesia saat ini layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar
merupakan tanggung jawab atau dibebankan pada guru kelas (Depdiknas, 2007 dalam
Hadi 2011). Layanan bimbingan konseling
di sekolah dasar merupakan tanggung jawab tim, yaitu kolaborasi antara konselor
sekolah, orangtua murid dan masyarakat (Krumblotz dan Kolpin, 2002 dalam Hadi,
2011).
Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, menyatakan bahwa struktur kurikulum pada setiap satuan pendidikan
memuat tiga komponen, yaitu mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri.
Komponen kegiatan pengembangan diri meliputi kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan
ekstrakulikuler.
5. Peran Konselor
a. Di Indonesia saat ini layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar
merupakan tanggung jawab atau dibebankan pada guru kelas (Depdiknas, 2007).
b. Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
menyatakan bahwa struktur kurikulum pada setiap satuan pendidikan memuat tiga
komponen, yaitu mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri.
c. Komponen kegiatan pengembangan diri meliputi kegiatan pelayanan
konseling dan kegiatan ekstrakulikuler.
Comments
Post a Comment