EMOSI DALAM AL-QURAN



Emosi dalam Perspektif Al-Qur’an

Bila kita melihat kamus Munawwir, kata emosi memiliki padanan kata dengan خَلجَة (penderitaan, perasaan, sentiment), انفعال (nafsu, kegirangan), وِجْدان(perasaan, emosi, suara hati), عاطِفة (sentiment, perasaan, emosi, kasih sayang, penderitaan), dan شُعُور(perabaan, sensasi, perasaan, kesadaran, persepsi, kesanggupan, sensitive, sentiment, kasih sayang, emosi).
Sedangkan, kosakata yang berdenotasi emosi tidak dijumpai secara spesifik di dalam al-Qur’an, tetapi bertebaran ayat yang berbicara atau berkaitan dengan perilaku emosi yang ditampilkan manusia dalam berbagai peristiwa kehidupan. Ungkapan Al-Qur’an tentang emosi digambarkan langsung bersama peristiwa yang sedang terjadi. Berbagai peristiwa emosional dijelaskan oleh Al-Qur’an meskipun topic utamanya (main topic) bukan masalah emosi. Muhammad Ustman Najati mengatkan, “Dalam Al-Qur’an dikemukakan gambaran yang cermat tentang berbagai emosi yang dirasakan manusia, seperti takut, marah, cinta, senang, antipati, benci, cemburu, hasud, sesal, malu, dan benci.
Sebelum lebih jauh membahas emosi dasar di atas, secara umum Al-Qur’an pun mengindentifikasikan perubahan fisiologis yang tereskpresikan dalam bentuk sikap atau tingkah laku. Seperti dalam table berikut ini:
No.
Perubahan Fisologis (faali)
Ayat
QS
1
Degup Jantung
وَجِلت قلوبهم
Al-Anfal: 2, Al-Hajj: 35
2
Reaksi Kulit
تَقْشَعِرُّ مِنْهُجُلُودُ
Az-Zumar: 23
3
Reaksi Pupil Mata
تَشْخَصُ فِيهِٱلْأَبْصَٰرُ
Ibrahim: 42, Anbiya: 97
4
Reaksi Pernapasan
صَدْرَهُ ضَيِّقًا
Al-An’am: 125, Al-Hijr: 97, Al-Syu’ara: 13
5
Ekspresi wajah berseri-seri
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍمُّسْفِرَةٌ، ضَاحِكَةٌمُّسْتَبْشِرَةٌ
Abasa: 38-39
6
Wajah hitam pekat atau merah padam
وَجْهُهُۥ مُسْوَدًّاوَهُوَ كَظِيمٌ
An-Nahl: 58, Al-zumar: 60, Al-Zuhkhruf: 17
7
Pandangan tidak konsentrasi (terpana)
زَاغَتِ ٱلْأَبْصَٰرُ
Al-Ahzab: 10, Shad: 63, An-Najm: 17
8
Menutup telinga karena ketakutan
يَجْعَلُونَ أَصَٰبِعَهُمْفِىٓ ءَاذَانِهِم مِّنَٱلصَّوَٰعِقِ حَذَرَٱلْمَوْتِ
Al-Baqarah: 19
9
Menggigit ujung jari
عَضُّوا۟ عَلَيْكُمُٱلْأَنَامِلَ مِنَٱلْغَيْظِ
Ali Imran: 119
10
Reaksi kinestetis dengan membolak-balik telapak tangan karena menyesal
يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ
Al-Kahfi: 42

Berikut ini akan dijelaskan emos-emosi dasar yang diisyaratkan Al-Qur’an:
1.      Takut
Emosi  takut termausk emosi yang penting dalam kehidupan manusia. Sebab, takut akan membantu manusia agar waspada terhadap segala bahaya yang mengamcam. Hal itu akan membantu manusia dalam menjaga kelangsungan hidupnya. Emosi takut manusia dalam Al-Qur’an mempunyai cakupan yang luas. Bukan hanya gambaran ketakutan di dunia melainkan juga menyangkut ketakutan di akhirat. Ketakutan di dunia ayatnya adalah:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِوَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ﴿١٥٥﴾
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. Al-Baqarah: 155).
Emosi takut mendorng orang mu’min ini untuk taat pada Allah SWT agar selamat di akhirat :
تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ ٱلْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًاوَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ ﴿١٦
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. As-Sajdah:; 16).
Dari ayat itu, takut kepada Allah dipandang sebagai salah satu pilar dalam keimanan kepada-Nya dan sebagai fondasi yang penting dalam pementukan kepribadian seorang mukmin.
قُلْ إِنِّىٓ أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّى عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ ﴿١٣﴾
Katakanlah, "Sesungguhnya aku takut akan azab pada hari yang besar jika aku durhaka kepada Tuhanku." (QS. Az-Zumar: 13).
Di samping takut kepada Allah, manusia pun takut kepada mati. Diisyaratkan oleh Al-Qur’an:
قُلْ إِنَّ ٱلْمَوْتَ ٱلَّذِى تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُۥ مُلَٰقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَإِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿٨﴾
Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al-Jumu’ah: 8).
Takut miskin juga termasuk takut yang banyak menimpa manusia. Oleh karena itu, manusia senantiasa berusaha dalam hidupnya mencari makan untuk dirinya, istrinya, dan anak-anaknya. Sebelum Islam, bangsa Arab biasa membunuh anak-anak mereka lantaran takut miskin. Kemudian Al-Qur’an melarang kebiasan itu serta menjelaskan kepada mereka bahwa rizki mereka dan rizki anak-anaknya ada dalam kekuasan Allah SWT:
وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَوْلَٰدَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَٰقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّقَتْلَهُمْ كَانَ خِطْـًٔا كَبِيرًا ﴿٣١
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar. (QS. Al-Isra’: 31).
Di antara takut yang kerap terjadi pada diri sesorang adalah takut kepada orang lain karena kekuasaanya, kekejamannya, atau pengaruhnya. Al-Qur’an telah menunjukkan bagaimana Nabi Musa as. takut kepada kekejaman Firaun:
قَالَا رَبَّنَآ إِنَّنَا نَخَافُ أَن يَفْرُطَ عَلَيْنَآ أَوْ أَن يَطْغَىٰ ﴿٤٥﴾
Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami, sungguh, kami khawatir dia akan segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas," (QS. Thoha: 45).
Orang mukmin yang mantap keimanannya tidak akan takut kepada manusia. Sebab, ia tahu bahwa manusia tidak akan sanggup mencelakainya, kecuali sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Sesuai Hadits Nabi, Rasulullah bersabda, “….ketahuilah, sekiranya umatbersatu-padu untuk memberikan kemanfaatan, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu kemanfaatan, kecuali sesuatu yang telah ditetapkan Allah kepadamu. Juga sekiranya mereka bersatu-padu untuk mencelakaimu, niscaya mereka tidak akan sanggup mencelakaimu, kecuali sesuatu yang telah ditetapkan Allah kepadamu…. (H.R. Ahmad).
Dengan demikian, rasa takut yang sesungguhnya dirasakan orang mukmin adalah takut kepada Allah SWT. Sebab, keimanannya tidak akan membuatnya takut mati, takut miskin, takut kepada manusia, atau takut kepada apa pun yang ada di alam ini.
2.      Marah

Comments

Popular posts from this blog

contoh Laporan psikologi wawancara ( KEBAHAGIAAN PADA LANSIA)

review jurnal psikologi perkembangan “Hubungan Antara Kematangan Emosi dengan Kecenderungan Memaafkan Pada Remaja Akhir”

Jurnal psikologi bahasa inggris beserta terjemahannya dalam bahasa indonesia