MOTIVASI KERJA DALAM ISLAM (PSIKOLOGI ORGANISASI)
Motivasi Kerja Dalam Islam
Steers & Porter (dalam Miftahun & Sugiyanto 2010) menyatakan bahwa motivasi kerja adalah suatu usaha yang dapat menimbulkan suatu perilaku, mengarahkan perilaku, dan memelihara atau mempertahankan perilaku yang sesuai dengan lingkungan kerja dalam organisasi. Motivasi kerja merupakan kebutuhan pokok manusia dan sebagai insentif yang diharapkan memenuhi kebutuhan pokok yang diinginkan, sehingga jika kebutuhan itu ada akan berakibat pada kesuksesan terhadap suatu kegiatan. Karyawan yang mempunyai motivasi kerja tinggi akan berusaha agar pekerjaannya dapat terselesaikan dengan sebaik‐baiknya.
Pamela & Oloko (2015) Motivasi adalah kunci dari organisasi yang sukses untuk menjaga kelangsungan pekerjaan dalam organisasi dengan cara dan bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan bimbingan yang tepat atau arahan, sumber daya dan imbalan agar mereka terinspirasi dan tertarik untuk bekerja dengan cara yang anda inginkan.
Chukwuma & Obiefuna (2014) Motivasi adalah proses membangkitkan perilaku, mempertahankan kemajuan perilaku, dan menyalurkan perilaku tindakan yang spesifik. Dengan demikian, motif (kebutuhan, keinginan) mendorong karyawan untuk bertindak.
Motivasi Kerja Dari Rasulullah dan Sahabatnya
Rasulullah ﷺ pun kerap memberi motivasi untuk berusaha dan bekerja dalam beberapa hadits beliau.
Dari Ibunda Aisyah, Rasul bersabda:
التمسوا الرزق في خبايا الأرض
“Bekerjalah walau dalam perut bumi.” (al-Thabarani)3
Dari Shakhra bin Wadaah al-Ghamidi, Rasul bersabda,
اللهم بارك لأمتي في بكورها
“Ya Allah berkahi pagi hari umatku.” (Abdul Adzim)4
Shakhra pun mengimplementasikan hadits di atas dalam bisnisnya dengan selalu membuka lapaknya sejak pagi hari. Ia pun menjadi hartawan yang sangat kaya.5
Kaab bin Ajrah meriwayatkan, “Suatu hari para sahabat melihat seorang pria bertubuh kekar yang sedang sibuk, melintas di hadapan Nabi Muhammad ﷺ. Kemudian mereka berkata, ‘Andai fisiknya digunakan untuk berjuang di jalan Allah.’ Rasul pun menanggapi hal itu, ‘Jika ia bekerja untuk anaknya yang masih kecil, maka ia fisabilillah. Jika ia bekerja untuk kedua orang tuanya yang sudah tua, maka ia fisabilillah. Jika ia bekerja untuk dirinya sendir agar terjaga kehormatannya, maka ia fisabilillah. Sebaliknya, jika ia bekerja untuk pujian dan prestisi, maka ia berjuang di jalan setan.’”6
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Di antaranya banyaknya dosa, ada dosa yang tidak bisa di hapus oleh shalat, puasa, haji ataupun umrah,” Para sahabat bertanya, “Lalu dengan apa dosa tersebut dapat terhapus?” Beliau menjawab, “dengan jerih payah dalam bekerja.” (al-Thabarani)
George R. Terry memiliki pengertian mengenai motivasi kerja yang diartikan sebagai keinginan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak sesuatu. Pengertian ini mungkin sifatnya masih secara umum. Secara lebih spesifik, Sondan P. Siagian menjelaskan bahwa motivasi kerja merupakan keseluruhan proses pemberian motif bekerja para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja secara ikhlas supaya tujuan organisasi bisa tercapai dengan efisien dan ekonomis. Dari pengertian-pengertian tersebut, kita mungkin akan lebih banyak lagi membahas mengenai banyak hal tentang motivasi kerja ini berdasarkan teori-teori motivasi yang ada. Apa saja teorinya?
1. Teori A. H. Maslow
Teori kebutuhan Maslow agaknya sudah sangat familiar untuk kita. Teori kebutuhan Maslow ini memang cukup populer. Begitu mendengarnya, kita mungkin sudah membayangkan bentuk segitiga kebutuhan Maslow yang diawali dari tingkat paling dasar hingga tingkat paling puncak. Motivasi kerja seseorang mungkin juga akan dipengaruhi dari teori kebutuhan Maslow ini. Seseorang memiliki motivasi tertentu, terutama dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Ada pun bila dijabarkan, kebutuhan menurut Maslow adalah sebagai berikut:
• Kebutuhan fisiologis
• Kebutuhan rasa aman
• Kebutuhan kepemilikan sosial
• Kebutuhan penghargaan diri
• Kebutuhan aktualisasi diri
•
1. Kebutuhan fisiologis (phisiological needs), yaitu kebutuhan seperti rasa lapar, haus, sex, perumahan, tidur dan sebagainya.
2. Kebutuhan Keamanan (safety needs), yaitu kebutuhan akan keselamatan dan perlindungan dari bahaya, ancaman dan perampasan ataupun pemecatan dari pekerjaan.
3. Kebutuhan sosial (Social needs), yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan kepuasan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, kepuasan dan perasaan memiliki serta diterima dalam suatu kelompok, rasa kekeluargaan, persahabatan dan kasih saying.
4. Kebutuhan Penghargaan (esteem needs), yaitu kebutuhan akan status atau kedudukan, kehormatan diri, repurtasi dan prestasi.
5. Kebutuhan aktualisasi (self actualization), yaitu kebutuhan pemenuhan diri, untuk mempergunakan potensi diri, pengembangan diri secara maksimal, kreativitas, ekspresi diri dan melakukan apa yang paling cook, serta menyelesaikan pekerjaan sendiri.
Comments
Post a Comment